Psikologi Sosial : Kenali Bystander Efek

Psikologi Sosial : Kenali Bystander Efek

Anda pernah melihat sebuah kecelakaan yang memakan korban? Saat melihat kejadian itu, sikap apa yang Anda lakukan? Melewati begitu saja, melihat korban, atau menolong korban? Jika Anda hanya melihat korban, berarti Anda melakukan bystander efek. Apa itu bystander efek? Yuk kenali lebih lanjut masalah psikologi sosial ini lebih lanjut.

 

Analisis pertama kasus bystander

 

Pada tahun 1964, terjadi kasus pembunuhan tragis terhadap Kitty Genovese, seorang warga Queens, New York City. saat itu, Genovese sedang berjalan kaki setelah memarkirkan mobil untuk menuju apartemennya. Namun, pelaku yang bernama Winston Moseley mengincar Kitty, dan menyerang dengan melakukan penusukan. Genovese sempat berteriak minta tolong, namun tidak ada seorang pun yang menolongnya. Padahal, beberapa tetangga mengaku melihat kejadian tersebut. Akhirnya Genovese tewas setelah ditusuk bahkan diperkosa oleh pelaku.

 

Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, ada 38 saksi yang mendengar teriakan Genovese. Bahkan 3 dari antaranya melihat saat pelaku melakukan penusukan terhadap Genovese. Polisi juga baru dihubungi oleh seseorang setelah Genovese meninggal dunia. Padahal jika ada yang membantu, Genovese masih dapat diselamatkan.

 

Diangkat menjadi sebuah teori psikologi sosial

 

 

 

fenomena bystander efek di masyarakat

Sumber : patientsafe.wordpress.com

 

 

 

Dari kasus tragis tersebut, psikolog sosial Bibb Latane dan John Darley memutuskan untuk melakukan penelitian dan mencetuskan teori bystander effect. Dalam bahasa Indonesia, bystander effect memiliki arti “efek pengamat” atau “difusi tanggung jawab”. Secara ilmiah, bystander efek merupakan situasi di mana orang memilih untuk menjadi pengamat dan menyaksikan bahaya yang terjadi. Namun orang tersebut tidak melakukan apapun untuk membantu atau menghentikan kejadian tersebut.

 

Ada beberapa faktor psikologi yang menyebabkan perilaku apatis dalam bystander efek. Pertama, orang merasa dirinya tidak bertanggung jawab atas sebuah kejadian. Rasa tanggung jawab akan semakin berkurang saat di lokasi kejadian terdapat banyak saksi mata. Sehingga seseorang akan berpikir bahwa ada orang lain yang akan membantu korban.

 

Faktor kedua, adanya rasa khawatir akan penilaian publik ketika menolong seseorang. Rata-rata seseorang takut akan penilaian negatif dari publik saat membantu korban dalam suatu peristiwa. Faktor selanjutnya, orang menganggap bahwa sebuah situasi tidak darurat jika tidak ada satupun orang yang datang untuk menolong. Faktor terakhir adalah rasa takut akan risiko dari situasi berbahaya yang akan dialami oleh diri sendiri, serta perasaan kurang mampu untuk menolong korban.

 

Dapat terjadi kapanpun, di manapun, dan siapapun

 

Walaupun diawali dengan kasus terhadap Genovese, bukan berarti bystander efek hanya terjadi pada kejadian kriminal. Bahkan, bystander efek bisa terjadi pada lingkungan kerja, sekolah, hingga rumah Anda. Karena tidak menutup kemungkinan orang untuk menghindar saat seseorang butuh pertolongan dengan berbagai dalih. Mulai dari sibuk, atau ada banyak orang lain disekitar yang dapat membantu. Bystander efek juga akan meningkat pada saat Anda bersama dengan orang-orang asing. Sebab Anda merasa tidak saling kenal sehingga merasa tidak bertanggung jawab terhadap orang lain.

 

Kesadaran untuk saling membantu sesama manusia

 

Fenomena bystander efek memang cukup miris. Sebab rasa peduli terhadap sesama manusia semakin berkurang. Untuk itu, perlu sekali untuk saling membantu satu sama lain apalagi pada saat darurat. Yuk kembalikan rasa peduli antar umat manusia. Karena berbuat baik memang tidak membuat Anda mendapat untung, tapi bantuan Anda berharga bagi orang lain.

 

Salam,

 

KALCare

 

 

Sumber:

https://tirto.id/mengenal-bystander-effect-sikap-apatis-saat-keadaan-darurat-ekce

https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/apa-itu-bystander-effect/

https://pijarpsikologi.org/bystander-effect-menolong-tidak-harus-memilih-situasi-dan-kondisi/