Kebanyakan masyarakat menganggap HIV dan AIDS merupakan hal yang sama. Nyatanya, kedua istilah ini menunjuk pada kondisi tubuh yang berbeda lho. HIV adalah sebuah virus yang menyebabkan penyakit AIDS.
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini akan menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang jika masuk pada saluran peredaran darah. Selain itu, HIV juga dapat ditemukan pada cairan tubuh lainnya seperti sperma, cairan vagina, dan ASI. Sehingga HIV tergolong sebagai gangguan imunodefisiensi sekunder.
Karena merusak sistem kekebalan tubuh, HIV membuat daya tahan tubuh penderitanya lemah terhadap penyakit lain bahkan menyebabkan kematian. Kondisi inilah yang dinamakan sebagai AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Tetapi bukan berarti penderita HIV mengidap penyakit AIDS. Sehingga jangan beranggapan bahwa penderita HIV akan segera meninggal.
Anggapan yang salah inilah yang membuat HIV terkesan horor di mata masyarakat umum. Padahal, banyak penderita HIV yang masih dapat bertahan hidup cukup lama walaupun obatnya belum ditemukan. Untuk itu para ahli medis membuat metode pengobatan untuk memperlambat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh yang mengarah ke AIDS, dengan memberikan suplai glutamin bagi penderita HIV.
Pada tahun 1930 dokter sekaligus ahli biokimia Sir Hans Krebs menemukan proses metabolisme glutamin untuk pertama kalinya. Glutamin merupakan asam amino non esensial (nutrisi yang dapat dibentuk sendiri oleh tubuh) yang tersedia dalam jumlah yang banyak di dalam tubuh. Karena HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, glutamin menjadi sangat penting untuk mempertahankan fungsi metabolisme dan menjaga integritas jaringan tubuh.
Glutamin memiliki peran utama dalam menjaga integritas mukosa usus dan sebagai aktivator sistem imun di saluran cerna. Ini penting untuk mencegah translokasi mikroorganisme dan endotoksin serta menggiatkan sel-sel imun agar siap menghadapi infeksi. Untuk itu, orang yang mengidap HIV sangat membutuhkan glutamin untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuhnya.
Selain itu, penderita HIV dan penyakit kronis (pasien yang mendapat penanganan ICU) lainnya mengalami hiperkatabolisme. Ini merupakan keadaan di mana ada peningkatan pemecahan protein otot. Maka dari itu penggunaan glutamin bermanfaat sebagai sumber energi tambahan untuk memenuhi kebutuhan energi. Sehingga membantu penderita HIV dalam menjalani aktivitas hariannya.
Untuk mendapatkan glutamin sebenarnya tidak terlalu sulit. Sebab ada beberapa makanan dan minuman alami dengan kandungan glutamin yang dapat dikonsumsi oleh penderita HIV. Berikut ini merupakan referensi daftar makanan dan minumannya:
Bila penderita HIV kesulitan untuk konsisten mengonsumsi sumber glutamin, dapat menggunakan Peptimune. Peptimune merupakan makanan cair yang diformulasikan khusus bagi orang yang mengalami defisiensi glutamin atau imunodefisiensi. Dengan rasa vanilla yang enak, Peptimune dapat meningkatkan sistem imun dan integritas mukosa usus, meningkatkan regenerasi sel, serta membantu meningkatkan sistem imun.
Itulah informasi seputar menjaga kesehatan penderita HIV dengan menggunakan glutamin. Diharapkan glutamin dapat membantu kinerja obat ARV yang harus dikonsumsi berkala bagi para penderita HIV. Semoga dengan mengetahuinya, orang yang menderita HIV tetap semangat dalam menjalani kehidupan dan tetap produktif ya! Jika Anda ingin mendapatkan Peptimune, tidak perlu repot keluar rumah. Anda cukup klik di sini saja!
Salam,
KALCare
Sumber: