Mencerdaskan Sisi Emosional Anak

Mencerdaskan Sisi Emosional Anak

Beberapa dekade silam, nilai IQ atau intelligent quotient dianggap sebagai satu-satunya parameter untuk menentukan tingkat kecerdasan seorang anak. Namun, beberapa tahun terakhir, mulai dikenal istilah-istilah lainnya, seperti PQ (physical quotient), SQ (spiritual quotient), dan EQ (emotional quotient).

 

Sebenarnya, manakah yang paling penting di antara IQ, PQ, SQ, dan EQ? Jika dihadapkan pada pertanyaan tersebut, maka kami akan menjawab bahwa keempatnya sama-sama penting. Mengapa demikian?

 

Cerdas atau tidaknya seorang anak tidak bisa dihitung hanya berdasarkan nilai akademisnya semata. Tidak bisa juga hanya dinilai dari cepat atau tidaknya ia menghapal, serta dari mahir atau tidaknya ia berhitung. Anak yang cerdas adalah anak yang memiliki keseimbangan antara nilai inteligensia, fisikal, spiritual, dan emosi.

 

Bayangkan saja, bila seorang anak dengan nilai IQ yang sangat tinggi, namun tidak memiliki budi pekerti yang baik. Tentu saja, hal ini tetap membuat orangtuanya pusing kepala. Dan, Anda pun pastinya tidak mau putra-putri Anda tumbuh menjadi anak dengan temperamen tinggi, bukan?

 

Itulah mengapa, sebagai orangtua, Anda tidak hanya perlu memastikan buah hati Anda tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas secara akademis saja, namun juga memiliki kecerdasan dalam mengelola sisi emosional dirinya. Bagaimana cara Anda mendidik sisi emosional anak? Berikut ini kami tampilkan beberapa caranya.

 

  • Berikan contoh dari diri Anda sendiri.

Anak, terutama di usia bawah 3 tahun, sangat mudah meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya dalam hal cara bertingkah laku, namun juga dalam hal perangai atau tutur kata. Jadi, sebagai orangtua, Anda harus senantiasa memberikan contoh yang baik untuk anak Anda. Tidak hanya saat Anda berinteraksi dan berbicara dengannya saja, namun juga saat Anda berinteraksi dengan orang lain di hadapannya. Jika ia melihat Anda berperilaku kasar, atau bertutur kata yang tidak semestinya, ia bisa saja beranggapan bahwa hal tersebut boleh dilakukannya.

 

  • Bentuk perilaku yang baik sejak dini.

Anda mungkin sering melihat anak batita yang sering menangis atau berteriak-teriak hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang dewasa di sekitarnya, atau agar keinginannya terpenuhi. Jika Anda tidak menginginkan anak Anda tumbuh dengan perilaku seperti itu, ajarilah ia perilaku yang baik sejak dini. Berikan pengertian padanya bahwa menangis atau berteriak-teriak tidak akan membuatnya mendapatkan apa yang ia mau. Ajarilah ia cara yang tepat untuk dapat mengekspresikan keinginannya. Saat ia berperilaku dengan baik, tunjukkan apresiasi, dan pastikan ia tahu bahwa Anda senang dengan perbuatannya. Dengan demikian, ia akan perlahan-lahan belajar mana hal yang boleh, dan mana yang tidak boleh dilakukannya.

 

  • Pastikan kebutuhannya terpenuhi.

Seringkali anak mulai bertingkah saat keinginannya tidak terpenuhi, misalnya saat ia lapar, haus, letih, bosan, dan sebagainya. Jadi, sebelum ia berlaku nakal, pastikan kebutuhan utamanya sudah terpenuhi. Kenali apa yang ia sukai, dan apa yang tidak ia sukai. Sebisa mungkin, jangan memaksanya untuk menuruti keinginan Anda, tapi cobalah Anda pun memperlihatkan sikap menghargai keinginan dan kebutuhannya.

 

  • Jangan pernah berlaku kasar pada anak.

Kami paham bahwa membesarkan anak merupakan tugas yang tidak mudah. Terkadang, Anda sampai merasa frustasi karenanya, dan kami pun tidak akan menghakimi atau menyalahkan Anda. Namun, seberat apapun tantangan yang Anda hadapi, jangan pernah melimpahkannya pada si kecil. Saat ia melakukan kesalahan sekalipun, jangan menghardiknya dengan kata-kata kasar, tapi cobalah untuk menasihatinya dengan lembut, namun tegas. Saat ia sudah cukup besar untuk diajak berbicara hati-ke-hati, cobalah untuk mengajaknya berdiskusi. Tanyakan apa yang mengganggu perasaannya, mengapa ia berlaku nakal, dan sebagainya. Biarkan ia tahu bahwa Anda tidak suka dengan kenakalannya, namun jangan lupa menyampaikan bahwa Anda akan tetap menyayanginya, dan akan mendukungnya untuk berubah menjadi anak yang lebih baik.

 

Kuncinya adalah, Anda harus membenahi sisi emosional Anda sendiri sebelum mencoba untuk membentuk dan membenahi sisi emosional anak. Benar kata pepatah, buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Jadi, pastikan ia mendapatkan benih yang baik untuk dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

 

Salam,

KALBE e-Store