Tanggal 1 Desember merupakan hari peringatan HIV/AIDS. Penyakit ini terjadi akibat virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia dan penurunan sistem imunitas. Orang dengan HIV yang telah masuk pada fase 3 atau disebut juga acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Akibatnya tubuh sangat mudah terkena infeksi yang menyebabkan penurunan sistem imunitas, padahal seharusnya ini tidak terjadi pada kondisi normal.
Sampai dengan saat ini, HIV/AIDS belum dapat disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan hanya untuk memperlambat penyakit, mengendalikan gejala, dan menghindari komplikasi, agar ODHA dapat menjalani hidup normal. Berikut merupakan komplikasi yang terjadi akibat HIV/AIDS.
Tuberkulosis atau TB merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang seluruh tubuh, tetapi paling sering menyerang organ paru-paru. Kuman TB yang masuk pada orang sehat dapat berada di dalam tubuh dan tidak menyebabkan penyakit. Namun, pada penderita HIV, kuman TB di dalam tubuh membuat risiko 10 kali lipat untuk terkena penyakit TB. Terutama pada seorang yang mengidap HIV dengan sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200, atau sudah pada tahap HIV/AIDS. Kondisi TB pada penderita HIV merupakan penyebab utama risiko kematian.
MAC adalah kuman bakteri yang masih berhubungan dengan TB. Kuman ini sering berada pada makanan, air, dan tanah. Hampir semua orang memiliki kuman MAC di dalam tubuh. Namun jika sistem kekebalan tubuh Anda kuat, kuman MAC tidak akan memberikan masalah. MAC biasanya menyebabkan penyakit infeksi serius ketika HIV/AIDS yang sudah mencapai angka CD4 di bawah 50. Infeksi ini dapat menjadi serius seperti infeksi darah atau sepsis, hepatitis, dan pneumonia.
Pneumocystis pneumonia atau PCP merupakan infeksi serius yang menyebabkan peradangan dan akumulasi cairan di paru-paru. Penyebab PCP adalah infeksi jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar melalui udara. Jamur ini sangat umum dan biasanya individu akan berhasil melawan infeksi ini pada usia 3 atau 4 tahun. Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan infeksi ini. Namun pada penderita HIV/AIDS, infeksi ini dapat menyebabkan penyakit serius. Hampir 75% penderita HIV terinfeksi PCP. Penderita HIV/AIDS dengan jumlah CD4 di bawah 200 lebih sering terinfeksi PCP.
CMV adalah virus yang umum masih berhubungan dengan virus herpes, serta memberikan penyakit herpes oral terutama pada mulut. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, virus CMV tidak akan memberikan masalah bagi kesehatan. Bahkan hampir 8 dari 10 orang memiliki virus ini pada tubuh mereka saat berusia 40 tahun.
Pada penderita HIV/AIDS, CMV dapat menyebabkan infeksi serius terutama jika jumlah CD4 di bawah 100. Penderita dapat terinfeksi CMV melalui mata, hidung, atau mulut. Penularan CMV dapat terjadi melalui air liur, sperma, cairan vagina, darah, urin, dan ASI penderita. CMV menyebabkan ODHA mengalami infeksi mata serius yang disebut dengan retinitis dan bisa berujung pada risiko kebutaan.
Infeksi oportunistik merupakan infeksi serius yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh dengan kondisi yang lemah, seperti pada penderita HIV. Infeksi oportunistik biasanya menyerang penderita HIV ketika sudah menjadi ODHA atau sel CD4 di bawah 200. Hampir semua penyakit infeksi dapat menjadi infeksi oportunistik, seperti candidiasis, herpes simplex, dan toxoplasmosis. Pada perempuan, infeksi yang sering terjadi adalah infeksi bakteri pneumonia dan herpes, di mana keduanya dapat menimbulkan kanker pada sistem reproduksi.
Lipodistrofi atau bisa disebut juga redistribusi lemak merupakan masalah pada tubuh dalam membuat, menggunakan, dan menyimpan lemak. Lipodistrofi ini hampir terjadi pada penderita HIV sekitar sepertiga setengahnya. Angka kejadian lipodistrofi makin meningkat setelah penggunaan obat ART, serta mungkin terjadi pada penderita HIV yang parah dan sudah lama. Pada laki-laki, lebih sering terjadi kehilangan lemak biasanya terjadi pada tangan, kaki, wajah, dan bokong. Sedangkan pada perempuan, lebih kepada penumpukan lemak khususnya pada perut, dada, belakang leher, srta bahu. Penderita juga dapat mengalami pertumbuhan lemak atau tumor jinak seperti lipoma.
Penyakit HIV juga sering berhubungan dengan penurunan fungsi mental dan keahlian motorik, terutama jika virus telah menyerang saraf. Akibatnya, akan terjadi kerusakan otak dan menyebabkan HIV-associated neurocognitive disorders atau HAND. HAND terdiri dari 3 kelas, yaitu asymptomatic neurocognitive impairment, mild neurocognitive disorder, dan HIV-associated dementia. Asymptomatic neurocognitive impairment merupakan pemeriksaan adanya penurunan kemampuan mental namun tidak memengaruhi kehidupan sehari-hari. Mild neurocognitive disorder ketika sudah memengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Sedangkan HIV-associated dementia terjadi ketika sudah sangat membatasi kemampuan seseorang untuk hidup secara normal, dan pada tahap akhir penderita dapat mengalami kejang, psikosis, dan kehilangan kemampuan buang air.
Terakhir, ODHA juga rentan mengalami kanker, terutama Non-Hodgkin’s lymphoma (NHL) dan Kaposi’s sarcoma (KS). NHL merupakan kanker sel darah putih limfosit yang dimulai pada sistem kelenjar getah bening. Kondisi ini membuat sel kanker mudah menyebar ke organ lain seperti hati, tulang, otak, dan perut. Pasien HIV yang memiliki jumlah CD4 dan belum menjadi AIDS juga dapat menderita kanker NHL.
Sedangkan KS merupakan kanker dengan pembuluh darah kecil baru yang tumbuh di bawah membran mulut, hidung, mata, dan anus. Kanker ini dapat menyebar hingga ke paru-paru, hati, perut, usus, dan kelenjar getah bening. Kanker KS kebanyakan berisiko pada laki-laki.
Itulah 8 komplikasi yang terjadi pada ODHA. Untuk itu, mari bersama kita jaga kesehatan ODHA dengan memberikan nutrisi kesehatan Peptimune. Peptimune merupakan nutrisi yang dilengkapi dengan immunonutrient Glutamine, Nukleotida, BCAA dan Omega 3 untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun selama masa pemulihan untuk mencegah penularan infeksi. Anda bisa dapatkan Peptimune dengan mudah di sini.
Salam,
KALCare
Sumber:
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3466806/9-komplikasi-penyakit-hivaids