Tindakan bullying atau perundungan mungkin sudah tidak asing bagi Anda. Bullying merupakan penyerangan atau perilaku agresif pada orang lain dalam bentuk fisik maupun verbal. Pada era teknologi saat ini, bullying juga berkembang dalam ranah media elektronik daring yang disebut dengan cyberbullying.
Cyberbullying terjadi ketika seseorang menggunakan teknologi digital seperti dalam bentuk sosial media untuk mengganggu, mengancam, atau mempermalukan orang lain. Tindakan cyberbullying dapat dilakukan dengan cara mengirimkan, menggungah, atau membagikan konten negatif serta informasi pribadi mengenai orang lain. Cyberbullying tidak memerlukan kontak dan kekuatan fisik, karena melalui teks, gambar, atau video.
Walaupun tidak melakukan kekerasan secara fisik, efek cyberbullying tidak kalah berbahaya dibandingkan bullying. Sebab cyberbullying dapat terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Belum lagi dengan kebebasan yang diberikan sosial media untuk membuat lebih dari satu akun, sehingga pelaku cyberbullying bisa tidak diketahui. Berikut ini merupakan efek negatif cyberbullying bagi kesehatan korban.
Ujaran kebencian, tersebarnya informasi negatif, dan mendapat ancaman pada korban cyberbullying membuatnya berisiko besar untuk mengalami stres. Stres dapat ditandai dengan otot tubuh yang menegang, jantung berdegup kencang, dan napas yang semakin cepat. Stres yang berkelanjutan inilah yang dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan. Di antaranya seperti sakit perut, refluks lambung, sakit kepala, hingga diabetes. Stres juga diketahui dapat membuat daya tahan tubuh menurun. Belum lagi efek beban pada pikiran yang membuat korban merasa cemas bahkan berisiko mengalami gangguan Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD.
Perasaan cemas yang dialami oleh korban cyberbullying membuat mereka menarik diri dari lingkungan sosial. Kondisi ini disebabkan karena adanya rasa khawatir korban terhadap anggapan dari orang lain mengenai informasi negatif yang ditujukan kepadanya. Sehingga korban lebih memilih untuk menyendiri di rumah, bahkan ada pula yang memilih untuk memutus aktivitas sosial seperti berhenti sekolah dan bekerja.
Walaupun cyberbullying dilakukan pada media daring dengan interaksi sosial dunia maya, bukan berarti kerabat korban tidak dapat mengetahuinya. Sebab sosial media sendiri awalnya diciptakan untuk menghubungkan keluarga, teman, atau kerabat yang jauh agar bisa tetap melakukan interaksi sosial. Inilah yang membuat kerabat korban dapat melihat secara langsung konten cyberbullying yang diberikan. Kondisi ini tentunya akan memunculkan beragam respon, mulai dari dukungan positif, atau bahkan ikut mengucilkan korban. Sehingga korban tidak hanya mendapatkan cyberbullying, tetapi juga bullying dalam kehidupan nyata.
Cyberbullying menciptakan berbagai emosi negatif pada korban seperti marah, takut, malu, putus asa, hingga rasa bersalah pada orang lain dan diri sendiri. Jika campuran emosi ini terus terjadi secara berulang dan bertambah parah, tentu dapat membuat depresi. Pada kondisi ini, korban sangat memerlukan bantuan dari pihak keluarga, psikolog, atau pihak berwajib lainnya untuk mendukung dan membantu mereka keluar dari masalah cyberbullying.
Efek terakhir yang paling parah dari tindakan cyberbullying adalah korban yang melakukan bunuh diri. Tindakan ini biasanya dipilih korban karena merasa tidak kuat mendapat tekanan yang terus menerus dan tidak ada pihak yang dianggap bisa membantu. Berdasarkan data yang diberikan kepala koordinator komunitas Into the Light Indonesia, Benny Prawira Siaw, sebanyak 800 jiwa meninggal dunia akibat bunuh diri dalam setahun. Dan salah satu faktor penyebab tingginya angka bunuh diri ini adalah tindakan bullying serta cyberbullying.
Untuk mencegah efek cyberbullying, beberapa media sosial menyediakan fitur blok. Dengan begitu, korban sebagai pemilik akun dapat menghentikan akses orang lain terhadap akun pribadinya. Atau ada juga fitur untuk membatasi orang lain melihat yaitu private account. Sehingga korban dapat menentukan sendiri akun-akun yang dianggap dapat dipercaya untuk membagikan konten.
Jika cyberbullying telah terjadi dan korban merasa terganggu, disarankan untuk menceritakan hal tersebut kepada orang lain yang dipercaya. Misalnya seperti orang tua, kakak atau adik, guru, atau siapa saja yang dianggap paling mengerti Anda. ini perlu dilakukan agar Anda tidak menghadapi masalah sendirian dan memiliki orang-orang yang dapat memberikan dukungan untuk menghadapinya.
Pengguna sosial media juga diharapkan untuk bijak dalam menggunakan media daring. Sehingga Anda tidak menjadi pelaku atau korban cyberbullying. Ingat, tindakan cyberbullying kini dapat dijerat dengan hukum pidana. Yuk, bersama kita cegah cyberbullying. Nah, jika Anda mengalami stres berkelanjutan, Anda dapat mengonsumsi Blackmores Executive B. Blackmores Executive B terbuat dari bunga herbal yang dapat mengatasi insomnia dan stres. Anda bisa beli suplemen & vitamin untuk mengatasi stres dengan mudah di sini. KALCare menjual suplemen makanan & vitamin dewasa terbaik online.
Salam,
KALCare